Minggu, 01 Desember 2013

Filosofi Penjajahan Tanah Air

Sejarah mengabarkan betapa Indahnya negara indonesia yang terbentang mulai dari Sabang sampai Merauke, dengan garis katulistiwa dan flora dan fauna yang beragam yang membuat warga negara asing yang jauh memiliki peradaban dan intelek yang tinggi berupaya merebut wilayah negara Indonesia sejak tahun 1509. Kendatipun pada awalnya negara indonesia telah memiliki kerajaan yang dapat menguasai sebagian besar wilayah Asia namun karena keterbatasan pola fikir warga negara Indonesia yang belum memikirkan tentang sain dan pentingnya pendidikan menjadikan wilayah Indonesia mengalami perkembangan yang terbelakang dari negara lain.

Babiloni dan Mesir tercatat memiliki peradaban pertama dalam dunia dan menjadi pembuak keilmuan sengan ditemukannya Filsafat oleh Thales 5 SM yang jauh dengan indonesia yang baru mengenal arti sebuah harga diri negara yang baru ditemukan 1945. Sangat jauh dari dibanding dengan negara lain. Namun pada dasarnya negara Indonesia telah memiliki modal yang sangat besar dan berpotensi jauh di banding negara-negara lain apabila masyarakat Indonesia dapat mengelola kekayaan alam dan mengkaji Budaya yang beragam di tanah air ini.

Penjajahan seblum kemerdekaan tiba di tahun 1945 memberi bekas dan menjadikan langkah awal dalam melangkah menuju kedepan. Terdapat 3 negara yang menjjah Indonesia dan berpengaruh besar pada peradaban dan kemajuan bagi rakyat indonesia khususnya. namun hal itu tidak pernah disadari oleh bnyak kaum di negara indonesia karena kurangnya rasa kesadran mulai dari rakyat jelata hingga para politisi dalam mengkaji hal tersebut. Adapun tiga negara yang menjajah negara Indonesia pra-kemerdekaan dapat dikalisifikasikan sebagai berikut: penjajahan fisik dan penjajahan idielogis. Dua penjajahan yang menjadikan negara besar dan berkembang.

Pertama penjajahan fisik berupa penjajahan yang bertujuan untuk merebut hasil alam tanah air, yang hal ini di prakarsai Belanda selama kurang lebih 3 1/5 abad dan Jepang 3 1/5 tahun. Kalau di pandang dalam sudut rasiolasm and empirsm dari sudut pandang penjajah, hal ini adalah wajar, negara Indonesia memiliki kekayaan alam yang luar biasa, (baldatun tayyibatun warobbun ghafur). Namun dari sisi rakyat Indonesia rasiolasm and empirsm tak satupun yang memfikirkan hal itu, masayrakat lebih berfikir realism dan menerima apa yang di perbuat para penjajah pada negara sendiri. 

Dengan sikap realism yang dalam sudut pandang sekilas dapat diartikan negatif, namun dengan sikap sedemikian masyarakat dapat merasakan meaning life sebenarnya, sehingga dapat mengantarkan pada sisi penerimaan dan dapat merasakan betapa enaknya surga setelah merasakan betapa pedihnya di neraka. Contoh lain: sama hlnya dengan "listrik/lampu" yang tidak pernah dirasakan betapa nikmatnya listrik, ketika listrik berjalan normal, namun baaru dapat dirasakan betapa dibutuhkannya listrik setelah pernah merasakan mati lampu. 

Dalam pola fikir masayrakat yang semakin berkembang dari walanya yang menganut realism menjadi rasionalism and empirism menjadi jalan wal dan membuka mata bagi masyarakat Indonesia untuk berpola fikir yang positivism pada tahun 1945 yang dibuktikan dengan perlawanan rakyat dalam merebut kemerdekaan Indonesia. Dimana dalam setiap insiden yang terjadi ini memiliki hikmah tersendiri, manusia hanya dapat menjalai dan mersakan betapa angungnya kebesaran tuhan setelah semua di alami.

Kedua penjajahan teologis, dimana mayoritas menganggap hal ini merupakan sebuah hal yang sangat positif sifatnya, namun dalam yin yang semuanya memiliki duasisi yang berlawanan dan keduanya saling mengisi satu sama lain. Dalam artian penjajhan teologis ini terdapat sisinegatifnya. Penjajahan teologis ini adalah penjajahan berupa agama yang dilakukan kaum saudagar dari timur tengah, kendatipun Islam adalah agama terakhir yang dibawa nabi Muhammad sebagai hotamin nabiyyin, namun kaum sodagar tidak hanya bertugas selayaknya menyebarkan islam sesuai ajaran islam. Telah bnyak budaya-budaya pribumu yang dimodifikasi pada peradaban timur tengah yang dianggap sebagai Islamisasi.

Islamisasi pada hakekatnya hnya seputar akidah dan fokusnya terhadap rukun Islam, dan rukun Iman. tidak lebih dari itu, syariat memang menjadi ujung tombak dalam beragam Islam, namun segala wujud syari'at tentunya tidak sama dengan apa yang ada di timur tengah. mengingat lokasi yang berbeda, budaya berbeda, iklim berbeda dan postus tubuh jua berbeda antra masyarakat asia dan timur tenga. Tentunya hal ini perlu di pertimbangkan secara signifikan karena warisan yang tak ternilai harganya merupakan budaya, budaya yang di miliki masyrakat jawa tentunya. yang kaya akan makna dan filosi didalamnya untuk menjadi warisan sebagai kajian bagi kontribusi kaum akademik dimasa mendatang.

Hal yang seperti disebut diatasa hanya dalam satu sisi, yitu mengenati filosofi akan penjajahan semata. tentunya tidak semunya negatif atau semuanya positif. semua yang terjadi di negara Indonesia ini memiliki duasi ter sebut yaitu positif dan negatif. Jadi sangat dianjurkan bagi para kaum intelek unjuk mempelajari segala kelmuan secara utuh dan sempurna, kendatipun segala kesempurnaan hanyalah milik Allah semata. Dengan demikian apa yang terjadi di sekeliling dapat menjadi sebuah kajian yang memiliki kontribusi yang tinggi dan nilai pada keilmuan.